Jumat, 16 Maret 2012

Amboi, bisnis jasa binatu masih basah

TAWARAN KEMITRAAN BINATU

Amboi, bisnis jasa binatu masih basah

Oleh Noverius Laoli, Eka Saputra - Jumat, 16 Maret 2012 | 15:18 WIB

0 Komentar
Telah dibaca sebanyak 259 kali
Amboi, bisnis jasa binatu masih basah


Karena kesibukan bekerja, banyak orang maupun ibu rumah tangga yang tidak sempat mencuci dan menyetrika baju sendiri. Kalaupun ada waktu, terkadang kondisi fisik mereka sudah tidak memungkinkan, setelah seharian menjalani rutinitas kantor. 

Sebagai solusi, mereka kemudian menyerahkan urusan mencuci pakaian kepada penyedia jasa laundry alias binatu. Itu sebabnya, usaha pencucian baju tumbuh subur di berbagai tempat. Salah satu penyedia jasa binatu adalah Sasi Kirana, pemilik Sunpretty Laundry di Jalan Kalingga Solo, Jawa Tengah.

Sunpretty Laundry sudah berdiri sejak 13 Februari 2010. Sejak tahun lalu, Sunpretty resmi menawarkan kemitraan. Hingga saat ini, Sunpretty sudah memiliki delapan gerai. Sebanyak delapan gerai milik mitra dan satu milik sendiri. 

Mitra Sunpretty tersebar di beberapa daerah, seperti di Solo, Makassar, Yogyakarta, Semarang, Karanganyar, Denpasar, dan Bekasi. Sunpretty menawarkan empat paket kemitraan. Yakni, paket cutesenilai Rp 11 juta, paket charm Rp 14 juta, paket smart Rp 20 juta, dan terakhir paket brilliant senilai Rp 40 juta. 

Dalam kerja sama ini tidak dipungut franshise fee maupun royalti fee. Setiap paket sudah menyediakan perlengkapan cuci. Paket cute, misalnya, menyisakan mesin cuci up loading berkapasitas tujuh kilogram (kg), mesin pengering, hair dryer, keranjang cuci, keranjang laundry, 5 liter pewangi dan deterjen cair,softener, dan sejumlah kebutuhan cuci lainnya. 

Paket charm juga menyediakan peralatan yang sama. Cuma, untuk pewangi dan deterjen cairnya lebih banyak. Sementara itu, paket smart menyediakan dua unit mesin cuci. Khusus paket brilliant akan mendapat dua mesin cuci front loading berkapasitas 7 kg dan satu mesin cuci up loading berkapasitas 15 kg. Selain itu, ada juga dua unit mesin pengering, hair dryer, wall fan, dan vacum cleaner Modena. 

Menurut Kirana, omzet mitra cenderung berbeda-beda setiap paket. Untuk paket pertama, omzet mitra diperkirakan Rp 10 juta per bulan, paket kedua Rp 20 juta per bulan, dan paket ketiga Rp 30 juta per bulan. 

Khusus paket keempat omzet diperkirakan Rp 40 juta - Rp 60 juta per bulan. Asumsinya, mitra dapat mencuci 100 potong baju per hari. Jadi, omzet per hari Rp 2 juta atau Rp 60 juta per bulan. 

Untuk tarif mulai Rp 3.000 hingga Rp 20.000 per kg, tergantung kota masing-masing. "Mitra juga bisa menjual parfum dan deterjen racikan Sunpretty," jelasnya.

Untuk target balik modalnya juga berbeda-beda. Mitra yang mengambil paket cute diperkirakan balik modal selama 9 bulan. Yang paket charm dan smart balik modal 8 bulan, dan paket brilliant 12 bulan. 

Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting menilai, prospek bisnis laundry masih menjanjikan. Sebab, banyak orang, terutama pekerja kantoran sudah tak sempat mencuci sendiri. Namun, di tengah persaingan yang kian ketat diperlukan terobosan baru. "Misalnya layanan super cepat atau layanan buka 24 jam," ujarnya. 

Sunpretty Laundry 
Jl. Kalingga 7 No. 18, Solo,
Jawa Tengah 
Telp. 0271-5862002
HP: 081804404447

-- 

______________________________________________
Persahabatan sejati layaknya arti kesehatan;
Nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya...!!!!
______________________________________________


Agung, anak dokter yang sukses berbisnis limbah

INSPIRASI AGUNG SRI HENDARSAH

Agung, anak dokter yang sukses berbisnis limbah

Oleh Fransiska Firlana - Kamis, 15 Maret 2012 | 16:09 WIB

0 Komentar
Telah dibaca sebanyak 1112 kali
Agung, anak dokter yang sukses berbisnis limbah


Fokus pada satu bidang dan berkomitmen pada kualitas menjadi kunci sukses Agung Sri Hendarsa dalam membesarkan PT Aozora Agung Perkasa. Baru tiga tahun jalan, perusahaan pengolahan air bersih dan air limbah ini beromzet miliaran rupiah.

Limbah menjadi persoalan pelik bagi industri. Tapi, bagi PT Aozora Agung Perkasa, limbah merupakan sumber pendapatan. Lihat saja, meski baru berdiri sejak tahun 2009, perusahaan yang bergerak di bisnis pengolahan air bersih dan air limbah itu telah membukukan pendapatan Rp 10 miliar tahun 2011 lalu. Dua bulan pertama di 2012, pendapatan Aozora telah mencapai Rp 11 miliar. 

Pencapaian kinerja yang pesat ini tidak lepas dari kegigihan sang empunya perusahaan itu, yakni Agung Sri Hendarsa. "Tahun 2009, pendapatan kami hanya Rp 50 juta. Tahun 2010, nilai omzet meningkat menjadi Rp 5,5 miliar," ujar pria kelahiran Temanggung, 8 November 1977 ini, bangga. 

Beberapa perusahaan yang limbahnya ditangani Aozora antara lain Santos, Pertamina, Dahana (BUMN di industri bahan peledak), dan Astra Otopart. Pencapaian bisnis ini tidak diperoleh Agung dengan mudah. Semua berawal dari kesabaran dan keseriusannya belajar tentang limbah. "Saya banyak belajar dari orang Jepang. Mereka sukses karena fokus terhadap bidang usaha yang dijalaninya," ujarnya. 

Jika dirunut, Agung sudah memutuskan berkonsentrasi di pengolahan limbah sejak duduk di bangku sekolah menengah atas di Pekalongan, Jawa Tengah. Dia memulai dengan ikut penelitian remaja. Saat duduk di bangku kuliah, bapak dua anak ini melanjutkan penelitian tentang limbah batik. "Setelah lulus S-1 Teknik Kimia di Universitas Gadjah Mada pada 2000, saya mendapat beasiswa kuliah jangka pendek selama setahun di Jepang," kenangnya. 

Setahun belajar di Jepang, Agung kepincut melanjutkan S2 di Negeri Samurai itu. Karena tidak ada biaya, anak dokter puskesmas ini bekerja serabutan. Ia menjadi tukang cuci piring, cuci mobil, karyawan di pabrik tahu dan pabrik plastik, serta petugas pembersih salju. "Ternyata, belajar di Jepang itu butuh fokus. Saya men-DO-kan diri," katanya.

Pada tahun 2002, Agung pulang ke Indonesia dan bekerja di sebuah perusahaan kimia. Tapi, ia hanya bertahan setahun lantaran lolos seleksi mendapatkan beasiswa kuliah S2 di Jepang. "Kali ini bekal saya cukup. Saya tidak bekerja sebagai tukang cuci lagi, tapi sebagai asisten dosen," ujar suami dari Valleria ini. 


Berdiri di kaki sendiri 

Selesai mengantongi gelar S-2, Agung pulang ke Tanah Air dan dipercaya menjadi general manager sebuah perusahaan asal Jepang yang memiliki kantor perwakilan di Indonesia. Karena ketidakcocokan dengan manajemen, Agung mundur dari perusahaan itu pada tahun 2008. Seorang investor dari Surabaya sempat mengajaknya bekerja sama. Tapi, lantaran perbedaan prinsip, ia mundur. 

Tak bertahan lama menganggur, Agung dipercaya mengelola perusahaan biodiesel oleh investor di tahun 2008. Tapi, perusahaan ini terpaksa ditutup lantaran investor kehabisan modal akibat krisis keuangan global. "Pada Maret 2009, saya di-PHK, persis menjelang kelahiran anak saya dan sedang merenovasi rumah, Jadi klop sudah," katanya. Alhasil, selama dua bulan, Agung menganggur.

Dengan bermodal kartu nama dan berkantor di lantai dua rumahnya, Agung membuka jasa konsultan engineering design. "Klien pertama saya pabrik lem. Saya mendapat fee Rp 12 juta," kenangnya. Akhirnya, dia bertemu seorang teman, Henri Prakoso, yang mencetuskan ide usaha pengolahan limbah. 

Agung sadar, usaha barunya ini membutuhkan legalitas agar membangun kepercayaan calon klien. Untuk itu dia merogoh uang Rp 20 juta untuk mendirikan PT Aozora Agung Perkasa di Juli 2009. "Ternyata legalitas saja tidak cukup, butuh curriculum vitae (CV) perusahaan untuk meyakinkan calon klien, karena perusahaan kami belum menangani proyek," ujarnya. 

Agung pun mencoba mengikuti tender proyek meski tak yakin menang. "Tujuan utama saya ikut tender supaya nama perusahaan nampang di list peserta tender. Dari situ, nama kami akan pelan-pelan dikenal," katanya sambil terkekeh. Pelan tapi pasti, beberapa perusahaan besar mulai berdatangan menjadi klien Aozora.

Agung terus memperkuat nama Aozora. Hanya bermodal Rp 20 juta, dia berani membuka cabang di San Diego, Amerika Serikat, pertengahan 2010 silam. "Pembukaan cabang di Amerika Serikat ini juga bertujuan agar nama Aozora menjadi lebih prestise. Lagi pula saya hanya membutuhkan waktu seminggu untuk membuka cabang," tuturnya. 

Agung bilang, pengembangan bisnis ini sangat terbantu oleh timing yang tepat. Ketika isu tentang kerusakan lingkungan dan global warming merebak, jasa pengolahan air bersih dan air limbahnya kian dilirik orang. "Pengolahan limbah butuh biaya banyak. Karena itu saya berusaha berinovasi pengolahan limbah bagi pelaku UKM," ujar Agung yang melanjutkan S-3 di Universitas Indonesia ini.

Satu lagi kisah inspiratif

--
______________________________________________
Persahabatan sejati layaknya arti kesehatan;
Nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya...!!!!
______________________________________________


Minggu, 04 Maret 2012

Karen Agustiawan Pebisnis Wanita Terkuat Asia

Karen Agustiawan Pebisnis Wanita Terkuat Asia
Erlangga Djumena | Jumat, 2 Maret 2012 | 09:41 WIB

KOMPAS.com/Caroline DamanikDirektur Utama Pertamina, Karen Agustiawan


JAKARTA, KOMPAS.com -
 Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan menempati urutan teratas daftar 50 wanita pelaku bisnis paling kuat di Asia versi majalah bisnis Forbes. Selain Karen, dua pengusaha dari Indonesia juga masuk dalam daftar tersebut yaitu Shinta Widjaja Kamdani dari Sintesa Group dan Siti Hartati Murdaya dari Central Cipta Murdaya.

Karen, 52, adalah perempuan pertama yang menduduki jabatan Direktur Utama Pertamina. Ia dilantik pada 2009. Ia diharapkan dapat menyelesaikan persoalan distribusi minyak dan gas yang dianggap bermasalah. Sebelum menjadi Dirut, Karen adalah Direktur Hulu Pertamina yang menangani eksplorasi minyak perusahaan milik negara terbesar di Indonesia tersebut.

Sebanyak 21 wanita dari daftar tersebut didominasi oleh pengusaha wanita dari China, Taiwan dan Makao. Delapan dari India dan lima dari Singapore. Sisanya berasal dari Korea Selatan, Indonesia, Jepang, Australia, Filipina, Thailand dan Vietnam.

Forbes mengatakan daftar itu disusun berdasarkan "peran para pebisnis perempuan itu dalam manajemen perusahaan-perusahaan pencetak untung."

Namun masih banyak perempuan di Asia yang menghadapi isu ketidaksetaraan di kantor. "Daftar ini adalah penghargaan atas dinamisme wanita pelaku bisnis di Asia yang berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut," kata Moira Forbes, presiden dan penerbit ForbesWoman dalam sebuah pernyataan.

 

Sumber :

--
______________________________________________
Persahabatan sejati layaknya arti kesehatan;
Nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya...!!!!
______________________________________________