Senin, 23 April 2012

Muri Beri Anugerah Mahakarya Kebudayaan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada ulang tahun ke-22, Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) memberikan penghargaan khusus Anugerah Mahakarya Kebudayaan kepada para tokoh budayawan di auditorium Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 April 2012. Selain itu, diberikan pula Rekoris VIP (Very Important Person), Rekoris Kartini Modern, dan Rekoris dari berbagai bidang.

Menurut pendiri Muri, Jaya Suprana, Muri didirikan 27 Januari 1990 ini peresmiannya dilakukan dua menko: Menko Kesra Soepardjo Roestam dan Menko Polkam Soedomo. Di usia yang ke-22, Muri telah beranggotakan lebih dari 5.000 pencipta rekor di berbagai bidang kehidupan dan masyarakat.

“Muri telah menjadi bagian dari pengembangan dan pembentukan karakter putra-putri bangsa Indonesia, agar terus berjuang menciptakan karsa dan karya terbaik di bidang keahlian dan kemampuan masing-masing,” kata Jaya Suprana.

Karena skala kegiatan makin meluas, maka manajemen Muri dikelola lembaga profesional Institut Prestasi Nusantara, direkturnya Aylawati Sarwono, dengan kerabat kerja dan manajer yang menatalaksana kegiatan penciptaan rekor nasional dan rekor dunia di tanah air.

Mantan gubernur DKI Jakarta Sutiyoso yang meraih Rekoris VIP dan Mahakarya Nusantara sebagai penggagas cetak biru sistem transportasi terpadu untuk ibu kota mengatakan sejak pensiun enam tahun lalu, masih ada yang memberikan penghargaan bagi dia. “Semoga selalu bermanfaat, sejak saya menggagas transportasi Trans Jakarta pada 2003 lalu, “ katanya.

Sedangkan Wali Kota Solo, Ir Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi (menerima penghargaan serupa dengan Sutiyoso karena kepeduliannya pada pengusaha kecil dan pedagang pasar tradisional) mengatakan, sejak dia menjadi wali kota, dibangun 17 pasar tradisional di Solo dan memindahkan 23 lokasi pedagang kaki lima ke pasar.

“Sudah tujuh tahun satuan polisi pamong praja tidak diperbolehkan memakai tameng dan pentungan,” ujarnya.

Selain Sutiyoso dan Jokowi, peraih penghargaan rekoris VIP dan Mahakarya Nusantara adalah Linda Amalia Sari atau Linda Agum Gumelar (penggagas pemberdayaan perempuan melalui program terpadu kaum lelaki dan anak), Prof Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch, Ph.D -wakil menteri pendidikan dan kebudayaan yang dinilai sebagai pelestari bangunan cagar budaya untuk pengembangan pariwisata.

Ada Triesna Jero Wacik sebagai pelopor pelestarian dan pengembangan seni sulam nusantara, Dr Ir Luluk Sumiarso M.Sc sebagai pelopor pelestarian dan pengembangan seni ketoprak, dr Oei Hong Djien yang menjadikan gudang tembakau sebagai museum koleksi lukisan Indonesia terlengkap mewakili setiap periode, dan Nani Soedarsono SH sebagai pelopor pelestarian dan pengembangan wayang orang.

“Indonesia kaya dengan senirupa, tapi tidak dikenal masyarakat umum dan masyarakat dunia. Ini karena tidak banyaknya ekspos mengenai museum seni rupa. Pemerintah belum bisa melakukan maka dilaksanakan oleh pihak swasta,” kata Oei yang mendirikan museum pada 1997 di belakang rumahnya di Magelang, memuat 1500 karya seni rupa (keramik, patung, lukis dan instalasi).

Ada sebelas peraih rekoris Kartini Modern, di antaranya, R. Ay Putri Kuswisnuwarhani MBA sebagai penggagas asosiasi yang memperjuangkan eksistensi merek Indonesia di pasar. Menurut ketua umum AMIN (Asosiasi Merek Indonesia) yang didirikan pada 5 Mei 2011 ini, niatnya mendirikan asosiasi itu didasari oleh keinginan dia dan beberapa teman yang peduli merek Indonesia.

”Kami ingin memajukan merek lokal yang selain menjadi tuan rumah di negeri sendiri, juga menembus pasar dunia. Saat ini tengah menggodok kebijakan mendukung keamanan dan memperbesar pasar dalam negeri,” kata Putri yang termasuk tim perumus Tim Pengamanan dan Perluasan Pasar Dalam Negeri dari Kementrian Koordinator bidang perekonomian ini.

Saat ini, asosiasi Amin beranggotakan 50 perusahaan merek Indonesia berbasis industri dalam negeri seperti, Indofood, Cosmos, dan sepatu Yongki Komaladi.

Dr. Melani W. Setiawan juga mendapatkan penghargaan Kartini Modern. Dokter dan pekerja seni yang berpuluh tahun menunjukkan perhatian khusus terhadap perputaran penciptaan kreatif dan pekerja seni di tanah air. Ia mendokumentasikan foto interaksi kegiatan senirupa terbanyak, 45 ribu foto.

Para peraih Kartini Modern lain, Nany Wijaya yang menggagas mobil klinik khusus untuk pemeriksaan dan pelayanan kanker serviks serta Jenny RE Kaligis, MSC, yang merupakan wanita Indonesia pertama yang mengembangkan pusat iptek untuk pendidikan iptek non formal.

Ada pula Ir Ida Soeseno sebagai revitalisator peningkatan kualitas presentasi teaterikal dan visual pertunjukan wayang orang. Lalu, Yulie dan Dara Setyohadi, ibu dan anak pencipta porcelin painting karya kolaborasi. Stephani Handoyo sebagai penyandang tuna grahita Indonesia pertama terpilih sebagai pembawa obor Olympiade, sekolah musik Sienny Debora yang mengirim 10 murid kompetisi internasional dan berhasil merenggut 12 gelar juara pertama, serta Alia Jumhur Hidayat sebagai donor Asi terbanyak, 18 bayi.

EVIETA FADJAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar